Batam, Dalam suasana penuh khidmat dan semangat persatuan umat, Aula Mini Kantor Kementerian Agama Kota Batam menjadi saksi sejarah lahirnya sebuah momentum penting bagi kebangkitan Islam di kawasan ini. Para ulama, tokoh ormas Islam, dan pimpinan lembaga keagamaan dari berbagai latar belakang berkumpul dalam sebuah rapat konsolidasi yang sarat makna. Mereka menginisiasi pembentukan lembaga induk keummatan sebagai wadah koordinatif, kolaboratif, dan konsultatif yang diharapkan mampu memperkuat gerakan dakwah Islam, memperluas akses pendidikan keislaman yang berkualitas, serta membangun kemandirian ekonomi umat secara berkelanjutan.
Rapat strategis yang dimulai sejak pukul 14.00 WIB ini diprakarsai oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Budi Dermawan, S.Ag., M.Sy., bersama tokoh akademisi dan ulama senior Batam, Dr. H. Zulkifli Aka, M.Si. Keduanya menjadi motor penggerak lahirnya gagasan besar yang tidak hanya bersifat administratif, melainkan juga visioner dan transformatif. Gagasan tersebut bermula dari keprihatinan bersama terhadap belum optimalnya sinergi antarorganisasi Islam yang selama ini berjalan secara parsial. Melalui komunikasi intensif dan pendekatan persuasif terhadap berbagai elemen umat, keduanya menggulirkan ide pembentukan satu lembaga induk yang mampu menyatukan arah perjuangan umat tanpa menanggalkan karakteristik unik tiap ormas Islam yang ada.
Suasana forum berlangsung hangat dan penuh semangat ukhuwah. Berbagai tokoh Islam dari organisasi dan lembaga berbeda turut hadir dan menyampaikan aspirasi, di antaranya Zulkifli Aka, Resdin Efendi Pasaribu, Asril Arif, Jamzuri, M. Idris, Nasir Darmawansyah, Yulpis Wandi, Syamsul Ibrahim, Syarifuddin, Buralimar, Syafriadi, Nursalim, Mustamin Husein, Tarmizi, M. Zein, Massiara Alias, Deden Sirojuddin, dan Suyono. Representasi yang begitu luas ini menunjukkan betapa kuatnya kesadaran kolektif umat Islam Batam dalam membangun sebuah poros persatuan yang bersifat inklusif dan strategis.
Dalam sambutannya, Budi Dermawan menegaskan bahwa lembaga ini akan menjadi rumah besar umat Islam Batam, bukan hanya untuk kepentingan administratif, tetapi sebagai instrumen transformasi sosial dan spiritual. Ia menekankan bahwa hasil pertemuan ini akan dikodifikasi dalam sebuah dokumen resmi dan disampaikan secara kolektif kepada Wali Kota Batam sebagai bentuk komitmen umat terhadap pembangunan daerah berbasis nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin.
Senada dengan itu, Dr. Zulkifli Aka menambahkan bahwa lembaga ini akan mengemban fungsi sebagai simpul penguat antarormas Islam. Ia menolak anggapan bahwa penyatuan gerakan berarti penyeragaman visi atau metode. “Yang kita satukan adalah arah perjuangan, bukan menyeragamkan karakter. Koordinasi adalah energi kita bersama. Kita ingin menghadirkan kekuatan bersama yang tak tercerai berai,” ujarnya dengan nada tegas namun penuh kelembutan khas ulama.
Forum mencapai puncak kesepakatan saat seluruh peserta secara aklamatif menunjuk Dr. Amsakar Achmad, M.Si., sebagai Ketua Umum lembaga induk yang akan segera dibentuk. Sosok Amsakar dipandang memiliki visi kebangsaan yang inklusif, integritas personal yang teruji, serta pengalaman panjang dalam kepemimpinan publik. Keputusan ini diterima dengan antusias karena diyakini mampu menjadi titik temu dari berbagai spektrum kepentingan umat dan menjembatani dialog konstruktif antar generasi, antar ormas, bahkan antara komunitas Islam dan pemerintahan.
Tak berhenti pada persoalan struktural, rapat ini juga melahirkan berbagai usulan program konkret yang menyentuh kebutuhan umat. Salah satu topik yang mencuat adalah perlunya sistem beasiswa terintegrasi untuk para santri asal Batam yang telah diterima di perguruan tinggi internasional, seperti Universitas Al-Azhar Kairo, Madinah, dan Turki. Masih minimnya dukungan pembiayaan menjadi keprihatinan bersama yang membutuhkan solusi kolektif dan terorganisasi. Dalam hal ini, lembaga induk diharapkan dapat membentuk unit khusus pengelolaan zakat, infak, dan wakaf (ZISWAF), serta menjalin kemitraan dengan lembaga donor nasional maupun internasional.
Lebih jauh, forum juga menekankan pentingnya peran lembaga ini dalam membangun ekosistem ekonomi umat yang kuat. Usulan seperti pembentukan koperasi syariah, pelatihan kewirausahaan berbasis masjid, hingga inkubasi bisnis halal menjadi gagasan awal yang disambut hangat oleh peserta rapat. Dalam ranah pendidikan, lembaga ini juga dirancang untuk berperan sebagai penguat kurikulum pendidikan Islam, pelestari nilai-nilai akhlakul karimah, serta pembina generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman digital dan globalisasi yang deras.
Para peserta sepakat bahwa lembaga ini tidak boleh menjadi menara gading yang terputus dari denyut kehidupan umat. Ia harus menjadi lembaga yang adaptif, partisipatif, dan responsif terhadap isu-isu kontemporer yang dihadapi masyarakat Islam Batam—dari persoalan sosial-ekonomi, moralitas remaja, hingga tantangan ideologis yang datang melalui media sosial dan budaya global.
Struktur organisasi lembaga induk ini juga dirancang fleksibel dan terbuka. Tidak hanya mengakomodasi perwakilan ormas besar, tetapi juga membuka ruang bagi kalangan muda, akademisi, profesional muslim, dan perempuan aktivis Islam untuk turut berkontribusi dalam merumuskan arah gerak lembaga ke depan. Dengan semangat kolaboratif ini, lembaga induk diharapkan menjadi simbol persatuan dan aktualisasi potensi umat secara kolektif dan berkelanjutan.
Pertemuan ini bukan sekadar wacana atau seremoni. Ia merupakan langkah awal menuju konsolidasi strategis umat Islam Batam. Sebuah lompatan sejarah yang menandai kesadaran baru: bahwa tantangan zaman menuntut kebersamaan, bukan perpecahan. Bahwa kejayaan umat bukan hasil dari ego sektoral, melainkan dari sinergi lintas organisasi, lintas generasi, dan lintas visi, yang tetap berpijak pada nilai Islam dan kearifan lokal.
Dengan tekad dan kerja keras, lembaga induk keummatan ini diharapkan mampu menjadi poros peradaban Islam di Batam, mengangkat martabat umat melalui program dakwah yang sistematis, pendidikan Islam yang berkualitas, serta kemandirian ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Langkah besar ini adalah cermin optimisme umat Islam Batam dalam menatap masa depan—sebuah masa depan yang lebih terarah, berdaya saing, dan penuh keberkahan (Yti/Redaksi).