Rakor Ormas dan Lembaga Islam Kota Batam: Merajut Sinergi Umat untuk Membangun Peradaban Islam yang Berdaya dan Bermartabat


 

BATAM – sidikfokus.id — Dalam suasana yang penuh semangat ukhuwah dan keprihatinan terhadap dinamika umat Islam di era modern ini, Rapat Koordinasi (Rakor) Ormas dan Lembaga Islam se-Kota Batam digelar sebagai momen strategis untuk menyatukan langkah, pemikiran, serta potensi seluruh elemen umat. Kegiatan yang dipimpin langsung oleh Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Perwakilan Kota Batam, Ustadz H. Buralimar, menjadi ruang reflektif sekaligus akseleratif dalam menata ulang gerak bersama umat Islam menuju masa depan yang lebih berdaya dan bermartabat.


Dalam suasana yang hangat namun sarat muatan intelektual dan spiritual, para pimpinan dan perwakilan ormas Islam berkumpul dengan satu semangat: membangun sinergi dan kolaborasi sebagai jawaban atas berbagai persoalan umat yang masih membelenggu. Selama ini, berbagai ormas dan lembaga Islam di Kota Batam seolah berjalan masing-masing, tanpa satu narasi besar yang mengikat dan mengarahkan pada gerakan kolektif. Kondisi tersebut dinilai menyebabkan minimnya kontribusi maksimal terhadap penguatan umat, baik dari sisi dakwah, pendidikan, maupun pemberdayaan ekonomi.


Ustadz Buralimar dalam pengantarnya menegaskan bahwa kekuatan umat Islam di Batam sangat besar dan potensial. Dengan populasi Muslim yang mencapai sekitar 900 ribu jiwa, Batam sebenarnya memiliki sumber daya manusia, sosial, dan spiritual yang mampu menghadirkan perubahan signifikan bagi kesejahteraan masyarakat. Namun, potensi besar ini tidak akan berarti jika tidak dikelola secara sinergis, terpadu, dan penuh kesadaran kolektif.


Rakor ini pun menyuarakan pentingnya perubahan paradigma dalam menyikapi tantangan zaman. Umat Islam di Batam perlu membangun aksi kolektif, narasi bersama, dan kekuatan donasi yang luas dan terukur. Aksi yang dimaksud adalah kehadiran nyata ormas Islam dalam menjawab berbagai persoalan masyarakat, mulai dari pengangguran, kemiskinan, keterbatasan akses pendidikan berkualitas, hingga kesenjangan antara wilayah daratan (mainland) dan kepulauan (hinterland). Dalam konteks ini, masing-masing lembaga tidak boleh lagi berfokus pada program internal semata, tetapi harus membuka ruang kerja sama yang luas dan tulus demi kemaslahatan umat.


Penting pula dibangun narasi keummatan yang solid, berakar pada kebutuhan riil masyarakat, dan bebas dari kepentingan personal maupun sektoral. Narasi ini bukan hanya untuk membingkai kerja dakwah dan sosial secara bersama, tetapi juga untuk membentuk persepsi publik bahwa umat Islam di Batam adalah kekuatan pemersatu, pemberdaya, dan penggerak kebaikan. Narasi ini harus ditanamkan dalam segala lini: dari khutbah jumat hingga diskusi kampus, dari ruang pendidikan hingga ruang-ruang digital.


Hal yang juga sangat ditekankan dalam forum ini adalah pentingnya memaknai donasi secara luas. Donasi bukan hanya berupa sumbangan uang, tetapi juga sumbangan gagasan, ilmu, buku, keahlian, metode dakwah yang inovatif, hingga ide kreatif dalam membangun ekonomi bersama. Dalam semangat ini, peserta Rakor sepakat bahwa umat perlu diberdayakan melalui gerakan ekonomi kolektif seperti koperasi syariah, yayasan profesional, dan unit usaha produktif yang dikelola secara amanah dan profesional.


Ustadz Buralimar kemudian mengingatkan akan bahaya laten propaganda dan hegemoni pemikiran dari kekuatan luar yang secara sistematis membangun pengaruh mereka melalui tiga pilar utama: pendidikan, kesehatan, dan media. Ia menyampaikan bahwa bangsa Barat—terutama yang dikuasai oleh kepentingan Yahudi—telah sejak lama menyusup melalui pendirian sekolah-sekolah modern, rumah sakit canggih, serta media massa dan media sosial yang canggih. Tujuannya bukan sekadar membangun manusia sehat dan cerdas, tetapi juga membentuk cara berpikir yang jauh dari nilai-nilai spiritual dan budaya Islam.


Dalam konteks inilah, beliau menyerukan pentingnya umat Islam memiliki lembaga media sendiri yang profesional, terarah, dan mencerahkan. Media ini tidak hanya menjadi corong dakwah, tetapi juga menjadi alat literasi keummatan yang mampu melawan narasi sesat dan menjawab tantangan zaman secara cerdas dan bijak. Media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan lainnya harus dimanfaatkan secara optimal sebagai sarana dakwah kreatif, bukan sekadar ruang hiburan dan kontroversi.


Lebih lanjut, beliau menggagas pembentukan lembaga induk yang menaungi seluruh ormas dan lembaga Islam di Batam. Lembaga ini diharapkan memiliki visi jangka panjang, strategi implementatif, serta action plan yang konkret untuk memberdayakan umat dari berbagai aspek: spiritual, sosial, ekonomi, hingga budaya. Sinergi ini akan menjadi pengikat kekuatan umat dalam satu bingkai besar perjuangan peradaban Islam yang progresif dan inklusif.


Rakor ini tidak berhenti pada diskusi. Di akhir sesi, seluruh peserta sepakat membentuk tim kerja kecil yang bertugas menyusun peta jalan gerakan bersama umat Islam Batam. Peta jalan ini akan menjadi dokumen hidup yang merekam visi, strategi, dan program nyata yang bisa dieksekusi oleh seluruh elemen umat, dari masjid ke masjid, dari pulau ke pulau, dari lembaga ke lembaga.


Dengan semangat ini, Rakor Ormas dan Lembaga Islam Kota Batam tidak hanya menjadi pertemuan seremonial biasa, tetapi tonggak penting kebangkitan umat Islam di kota yang menjadi gerbang utama Indonesia bagian barat ini. Kebangkitan yang tidak lagi bergantung pada tokoh semata, tetapi digerakkan oleh kesadaran bersama bahwa hanya dengan bersatu dan bekerja sama, umat akan kembali berjaya.(Nursalim Turatea/Yti).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler